Maluku Utara memiliki berbagai macam kesenian tradisional yang unik, salah satunya Tari Cakalele yang mampu memikat mata para penonton.
Tari Cakalele menggambarkan ekspresi perang masyarakat Hulaliu, Maluku pada zaman dahulu.
Tari Cakalele biasanya dipertunjukan untuk perayaan adat atau penyambutan tamu. Selain itu Tari Cakalele merupakan simbol untuk menjaga martabat dan harga diri manusia.
Ada tiga pesan yang terkandung dalam Tarian Cakalele, yaitu bagaimana manusia mengatur hubungan baik antara alam, tuhan dan sesama manusia.
Ketika pertunjukan, penari akan bergerak menari dengan penuh semangat, dan tatapan mata yang melotot, melompat hingga berteriak-teriak bagai kesurupan.
Penampilan seperti itu merupakan bentuk ekspresi untuk memunculkan aura perang. Itulah mengapa Tari Cakalele juga sering disebut sebagai Tari Perang.
Dengan menggerakan poperti berupa tombak, parang, perisaj tradisiona Maluku.Penari pun bergerak mengikuti iringan musik yang berasal dari alat musik gong, suling bambu dan tifa.
Semua alat musik itu dimainkan dengan ritme dan tempo yang cepat sehingga penari akan bergerak dengan semangat mengikuti alunan musik.
Tarian Cakalele lakukan secara berkelompok yang terdiri dari 30 orang. Dalam Tari Cakalele, penari pria umumnya menggunakan kostum dengan warna yang kontras yaitu merah dan kuning. Kain berwarna merah diikatkan pada bagian kepala, kemudian mereka bertelanjang dada dan hanya menggunakan kain berwarna kuning yang digunakan sebagai selempang.
Namun, seiring berjalannya waktu, kostum dari tarian ini mengalami perubahan pada kelengkapan kostum.
Saat ini, ada penari pria yang menggunakan kain seperti baju biasa saat tampil. Untuk penari wanita, mereka mengenakan pakaian berwarna putih yang dipadukan dengan kain panjang sebagai bawahan.
Gerakan dan Pola Lantai Tari Cakalele
Tari Cakalele menggunakan pola garis lurus dengan bentuk horizontal, bisa juga menggunakan pola lantai kombinasi untuk memeriahkan penampilan. Penggunaan pola bertujuan supaya tidak membuat penari kebingungan.
Asal Usul Tari Cakalele
Tari Cakalele adalah tarian adat para leluhur (nenekmoyang) yang ditampilkan dalam upacara ritual tertentu. Dulunya tarian ini dijadikan sebagai upacara adat oleh masyarakat Hulaliu.
Para leluhur menarikan Tari Cakalele sebagai bentuk rasa bakti, hormat dan cinta mereka kepada leluhur yang telah berjuang, berkorban dan mendirikan negeri Halaliu.
Tidak hanya itu tarian ini juga sebagai bentuk pernghormatan mereka kepada nenek moyang yang juga merupakan seorang pelaut.
Pada zaman dahulu para nenek moyang melakukan ritual sebelum pergi ke laut dengan mengadakan pesta makan, minum, dan berdansa, ini tergambar dalam gerakan pada tarian Cakalele.
Masyarakat Halaliu percaya dengan melakukan rituallewat Tarian Cakalele akanmendapatkan restu dari arwah leluhur mereka.
Keunikan Tari Cakalele
Tari Cakalele mempunyai keunikan tersendiri yaitu para penari dinominasi oleh laki-laki, sedangkan perempuan betugas untuk mengiringi gerakan dengan cara menghentakan kaki mengikuti iringan musik.
Keunikan lainnya para penari berteriak mengucapkan ‘uale’ yang artinya darah yang banjir.
Selain itu para penari juga meminum darah. Darah yang diminum merupakan darah ayam, namun konsep ini terkadang tidak ditampilkan karena bukan termasuk inti tarian.